Setelah menulis tentang Thor dan Gatotkaca, saya menjadi tertarik untuk membuat beberapa tulisan lagi tentang tokoh dalam mitologi. Kini, saya menargetkan Horus, salah satu dewa yang konon memiliki kedudukan terpenting dalam mitologi Mesir. Orang-orang mesir kuno memuja Horus sebagai dewa langit, dewa perang, dan dewa pelindung. Namun, tulisan singkat ini mungkin akan lebih berfokus kepada kisah Horus sang pembalas.
Table of Contents
Para peneliti kebudayaan Mesir kuno mencatat banyak versi mengenai kosah Horus yang berbeda-beda. Akhirnya, mereka bersepakat bahwa beragamnya versi itu merupakan bentuk perbedaan persepsi dari satu akar yang sama. Hal ini memiliki kesamaan dengan orang-orang Mesir kuno yang memandang bahwa satu realitas dapat memiliki banyak dimensi.
Pastinya, banyaknya perbedaan dimensi tersebut tidak mengurangi ataupun menurunkan pentingnya kedudukan Horus dalam mitologi Mesir kuno. Orang-orang Mesir kuno kerap menggambarkan Horus sebagai manusia berkepala elang yang melambangkan kekuatan dan penglihatan yang tajam. Juga, simbol “Mata Horus” miliknya mewakili perlindungan, kesehatan, dan kekuasaan.
Dalam mitologi Mesir, Horus memiliki beberapa nama, seperti Heru, Haroeris, dan Harpokrates. Ia merupakan putra dari Osiris dan Isis, dewa dan dewi yang bertanggung jawab memimpin dan mengatur kehidupan para manusia di Mesir Kuno. Kemudian, sebuah kisah menyebutkan bahwa Set, dewa gurun, badai, dan kekacauan, membunuh Osiris yang merupakan saudaranya sendiri. Hal ini merupakan awal mula konflik antara Horus dengan Set.
Kisah Horus – Kematian Osiris
Jika pernah menonton film Gods of Egypt, pembaca sekalian tak akan merasa asing lagi dengan kisah antara Horus dan Set. Namun, mungkin kita belum mengetahui bahwa kisah ini merupakan salah satu mitos terpenting dalam mitologi Mesir kuno. Singkatnya, kisah ini mengutarakan perjuangan epik antara dua dewa yang merupakan perwakilan kekuatan baik dan jahat, serta ketertiban dan kekacauan.
Sebelumnya, saya telah menjelaskan awal mula kisah ini terjadi, yaitu terbunuhnya Osiris di tangan Set. Pasalnya, Set sang dewa kekacauan merasa iri terhadap kekuasaan dan keharuman nama Osiris pada masyarakat Mesir. Maka, ia pun membunuh sosok dewa yang sekaligus menjadi raja Mesir yang bijaksana itu. Sadisnya, Set memotong tubuh Osiris menjadi beberapa bagian dan menyebarkannya ke seluruh Mesir.
Isis, istri Osiris dan ibu Horus, berusaha keras mengumpulkan dan menyatukan kembali potongan-potongan tubuh suaminya. Akhirnya, berkat bantuan Nephthy, dan Anubis, Isis berhasil membangkitkan Osiris meskipun hanya sementara. Setidaknya, hal itu cukup memberi waktu bagi Isis untuk mengandung Horus. Saat waktunya tiba, Isis melahirkan Horus dan langsung menyembunyikannya di rawa-rawa dekat muara Sungai Nil. Tentunya, ia melakukan hal ini demi melindungi Horus dari Set.
Hari demi hari berlalu dan Horus tumbuh menjadi sosok yang memiliki tujuan untuk membalaskan dendam kematian sang ayah. Ia mendapat perlindungan dan bimbingan langsung dari ibunya dan para dewa lain. Misalnya, Thoth sang dewa pengetahuan memberi Horus banyak wawasan dan kekuatan magis.
Kisah Horus Sang Pembalas
Pertarungan Melawan Set
Horus yang telah dewasa pergi menantang Set untuk merebut tahtanya. Konon, pertarungan ini berlangsung selama bertahun-tahun. Pada pertarungan inilah kita akan menemukan sebuah bagian yang epik yang sangat terkenal hingga saat ini, yaitu Set yang berhasil mencungkil mata Horus. Di kemudian hari, Thoth memulihkan mata yang kita kemudian mengenalnya sebagai simbol kekuatan dan perlindungan, yaitu Mata Horus.
Nyatanya, pertarungan antara Horus dan Set terus berlangsung dengan berbagai duel dan konflik yang seakan tak berujung. Melihat hal yang tak berkesudahan ini, para dewa memutusan untuk mengadakan pengadilan. Berdasarkan Papirus Chester Beatty I, sebuah manuskrip yang berasal dari sekitar tahun 1800 SM, melalui pengadilan tersebut, para dewa hendak menentukan siapa yang berhak menjadi pemilik tahta Mesir.
Ra, sang dewa matahari yang merupakan dewa utama, memimpin pengadilan yang melibatkan dewa-dewa Mesir lainnya ini. Tentunya, sebagian dari para dewa memihak Set dan sebagian lainnya, seperti Isis, Thoth, dan Hathor, memihak Horus. Dalam pengadilan tersebut, Ra memberi kesempatan bagi masing-masing kubu untuk menyampaikan pendapat dan suara mereka. Sayangnya, saya belum menemukan sumber yang mengisahkan bagaimana persidangan tersebut berjalan.
Pengadilan Para Dewa
Salah satu versi cerita menyebutkan bahwa dalam sidang itu, sebagian besar dewa mengakui Horus sebagai pewaris tahta, tetapi tidak dengan Ra. Sebab, Ra menganggap Horus masih terlalu emosional dan kurang berpengalaman. Akhirnya, Ra memutuskan agar Horus dan Set kembali bertarung untuk membuktikan siapa yang paling layak atas tahta tersebut.
Kemudian, setelah bertarung selama kurang lebih delapan puluh tahun, Horus berhasil mengalahkan Set. Meski demikian, Set berhasil merusak mata Horus menjadi enam bagian sebelum Thoth kembali memulihkannya.
Dalam versi lainnya, Horus meraih kemenangan berkat bantuan dari ibunda tercintanya, yaitu Isis. Dengan cerdik, Isis menyamar menjadi seorang wanita tua. Lalu, ia memohon kepada Set untuk membantu seorang yatim yang kehilangan warisannya. Set tidak menyadari bahwa wanita tua tersebut adalah Isis sehingga ia menyetujui pengembalian tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung Set telah mengakui bahwa warisan seharusnya diterima oleh siapa yang memang berhak mendapatkannya. Artinya, dengan pengakuan tersebut, Set telah menjadi sosok yang ikut mendukung klaim dari Horus atas tahta Mesir. Setelah berbagai adu argumen dan pernyataan lagi, para dewa memutuskan bahwa Horus adalah pewaris yang sah dari tahta Mesir.
Kisah Horus – Pewaris Sah Tahta Mesir
Set yang kalah harus menjalani kembali kehidupannya di gurun sebagai dewa badai dan kekacauan. Sebaliknya, Horus mendapatkan haknya atas tahta dan menjadi raja Mesir untuk melanjutkan pemerintahan ayahnya, Osiris. Dengan demikian, Horus telah menuntaskan pembalasannya atas kematian sang ayah. Kini, ia menjalankan tugasnya sebagai pemimpin sekaligus pelindung bagi kedamaian dan ketertiban orang-orang Mesir.
Maka, kisah Horus sang pembalas pun menemui akhirnya di sini. Dari kisah tersebut, kita memahami bahwa pertikaian Horus dan Set adalah sebuah perlambang. Singkatnya, Horus mewakili kekuasaan yang sah, ketertiban, dan perlindungan, sedangkan Set melambangkan kekacauan, kehancuran, dan kekuatan liar.
Selain menekankan pentingnya keadilan dan legitimasi dalam kepemimpinan, kisah ini memiliki dampak terhadap mitologi dan budaya Mesir secara menyeluruh. Contohnya, orang-orang Mesir sering menganggap bahwa Firaun Mesir merupakan perwujudan Horus. Kemudian, orang-orang mesir pun menggunakan simbol Mata Horus sebagai jimat pelindung.