Angkatan Sastra Periode 1970-an

Angkatan Sastra Periode 1970-an – Sastrawan dan Karyanya

Dalam tulisan sebelumnya, pembahasan kita berfokus kepada kelahiran dan beberapa pengarang pada angkatan sastra 1966. Sebenarnya, tidak sedikit sastrawan dan karya sastra yang muncul pada era ini terus eksis hingga periode 70-an. Bahkan, ada beberapa di antaranya yang masih berkarya hingga saat ini. Berdasarkan hal itu, saya memutuskan untuk membicarakan angkatan sastra periode 1970-an ini dalam satu tulisan sendiri.

Sekilas tentang Angkatan Sastra Periode 1970-an

Setelah era angkatan 50-an, kita akan menemukan banyak penamaan terhadap angkatan-angkatan sastra yang lahir kemudian. Misalnya, ada yang menganggap angkatan 70-an merupakan bagian dari angkatan 66. Namun, ada pula yang menganggap angkatan 70-an sebagai penerus atau generasi yang berbeda dari sebelumnya. Meski demikian, tidak ada yang menampik fakta bahwa para sastrawan dari generasi 50-an pun masih mendominasi dunia sastra Indonesia pada era 70-an ini. Tentunya, para sastrawan yang lebih senior tesebut telah memiliki kematangan yang dapat menjadi rujukan bagi penulis dan sastrawan generasi berikutnya.

Umumnya, orang-orang mengenal angkatan 70-an ini berdasarkan istilah yang dicetuskan oleh Dami N. Toda dalam kertas kerjanya yang berjudul “Peta Perpuisian Indonesia 1970-an dan Sketsa”. Menurutnya, novel-novel Iwan Simatupang yang memiliki pandangan estetikanya sendiri adalah awal mula angkatan 70-an. Di sisi lain, Andri Wicaksono, dalam karyanya yang berjudul Pengkajian Prosa Fiksi (2017), mengatakan bahwa angkatan sastra periode 70-an lahir karena pergeseran sikap berpikir dan bertindak menghasilkan wawasan estetik dalam karya sastra bercorak baru, baik dalam bidang puisi, prosa, maupun drama.

Sederhananya, angkatan ini memiliki keberanian lebih untuk melakukan eksperimen dan terobosan dalam karya-karya mereka. Mereka masih mendapat pengaruh semangat kebebasan dan eksperimental dari para pendahulunya, tetapi berani melakukan pendekatan yang lebih beragam. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kita akan kembali menemui nama-nama kondang seperti Rendra dan Putu Wijaya dalam angkatan ini. Selain itu, terdapat pula sebuah kelompok beranama Kalimantan Timur pimpinan Korrie Layun Rampan yang cenderung mengangkat tema-tema lokal dan kearifan budaya daerah dalam karya-karya mereka.

Ciri-Ciri Angkatan Sastra Periode 1970-an

Angkatan 1970-an umumnya menunjukkan keterbukaan yang lebih besar terhadap media dan teknologi. Banyak penulis dari angkatan ini yang mulai mengeksplorasi cerpen, novel, esai, dan drama dalam bentuk yang lebih berani dan inovatif. Singkatnya, kita bisa merumuskan ciri-ciri angkatan 70-an ini ke dalam beberapa poin berikut:

  • Keberanian bereksperimen dalam karya lebih besar
  • Bermunculan improvisasi baru yang belum pernah ada pada era pendahulunya
  • Sebagian sastrawan menegaskan dirinya sebagai penganut surealisme
  • Ungkapan dan ekspresi dalam bahasa daerah kembali menjadi alternatif
  • Penggunaan konotasi yang kuat demi terhindar dari arus perpolitikan pada masa itu

Beberapa Penulis Terkenal dari Angkatan Sastra Periode 1970-an

Budi Darma

Budi Darma adalah seorang novelis dan cerpenis yang sering mengeksplorasi tema-tema psikologis dan eksistensial. Pria dengan nama lengkap Prof. Dr. H. Budi Darma, M.A. adalah sastrawan, kritikus sastra, sekaligus akademisi Indonesia yang pernah bekerja sebagai dosen dan guru besar di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya (dulu IKIP Surabaya). Putra keempat dari pasangan Munandar Darmawidagdo dan Sri Kunmaryaty ini mulai menulis sejak 1969 dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Beberapa majalah dan surat kabar yang pernah menerbitkan tulisannya adalah Horison (Jakarta), Gema (Yogyakarta), Gelora (Surabaya), dan Jawa Pos (Surabaya). Tulisan-tulisannya berupa puisi, cerpen, novel, esai, hingga makalah. Novel pertamanya yang berjudul Olenka telah banyak mendapat perhatian dan mengantar beliau menyabet berbagai penghargaan. Kemudian, beliau berhasil mengungkap sisi kelam dalam kehidupan manusia melalui novel keduanya, Rafilus, yang menjadikan Surabaya sebagai latar peristiwa-peristiwa dalam ceritanya. Padahal, beliau menulis novel kedua itu saat mengunjungi Inggris tahun 1985.

Berikut ini adalah beberapa karya Budi Darma:

  • Olenka (Balai Pustaka, 1983)
  • Rafilus (Balai Pustaka, 1988)
  • Kritikus Adinan (cerpen dalam majalah Horison, 1974)
  • Orang-Orang Bloomington (Sinar Harapan, 1980)
  • Fofo dan Senggring (Grasindo, 2005)
  • Hotel Tua (Kompas, 2017)
  • Atavisme (Gramedia Pustaka Utama, 2022)
  • Berfikir dengan Nurani (Puisi — Angkatan Sastrawan ’50, 2012)
  • Solilokui: Kumpulan Esei Sastra (Gramedia, 1983)
  • Sejumlah Esai Sastra (Unipress, 1984)
  • Harmonium (Pustaka Pelajar, 1995)

Danarto

Danarto terkenal sebagai pelopor aliran sastra realisme magis di Indonesia. Sastrawan kelahiran 1940 ini kerap menggabungkan elemen mistis dengan kenyataan sehari-hari. Pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah ini, merupakan anak keempat dari lima bersaudara.  Saat berkuliah di Akademi Seni Rupa Indonesia, beliau aktif dalam Sanggar Bambu dan memulai kariernya di bidang seni rupa.

Sebenarnya, dalam menulis cerpen, Danarto seakan membebaskan dirinya dari kaidah penulisan sebuah karya sastra. Beliau biasa memulai cerita dengan deskripsi yang panjang dan unik. Kita seolah tak menemukan pembatasan terhadap dimensi tempat, waktu, maupun keadaan atau suasana di dalamnya. Salah satu karyanya yang paling fenomenal adalah Godlob, sebuah kumpulan cerpen.

“Godlob” sendiri merupakan judul sebuah cerpen dalam kumpulan tersebut yang melukiskan keadaan medan perang usai peperangan. Ia menggambarkan bagaimana mayat dan senjata bergeletakan, kemudian mengembangkan tema ceritanya melalui dialog antara seorang lelaki tua dan anaknya yang terluka di medan perang. Di samping itu, beliau juga penggubah puisi yang berjudul “Puisi Kotak Sembilan” yang sama sekali tak berisi kata-kata. Sesuai judulnya, puisi tersebut hanya berupa susunan sembilan kotak yang kosong. Hal ini seperti menggambarkan ketidakpuasan Danarto terhadap kata-kata.

Berikut ini adalah karya-karya lain dari Danarto:

  • Obrok Owok-owok, Ebrek Ewek-ewek (drama, 1976)
  • Bel Geduweh Beh (drama, 1976)
  • Adam Ma’rifat kumpulan cerpen, 1982)
  • Orang Jawa Naik Haji (catatan perjalanan ibadah haji, 1983)
  • Berhala: Kumpulan Cerita Pendek (1987)
  • Setangkai Melati di Sayap Jibril (kumpulan cerpen, 2000)
  • Kacapiring (2008)

Sutardji Calzoum Bachri

Sutardji Calzoum Bachri adalah salah satu penyair kontemporer terkemuka Indonesia. Dedikasi beliau terhadap perkembangan syair di Indonesia membuatnya menyandang  julukan Presiden Penyair Indonesia. Bahkan, pelopor penyair angkatan 70-an ini juga mendapat gelar Datuk Seri Pujangga Utama. Sutardji menyatakan bahwa kata-kata harus bebas dari makna dan konsepnya, sebuah ungkapan yang kemudian kita kenal sebagai “Kredo Puisi”. Dengan ungkapan inilah, beliau memberi pemahaman kepada pembaca tentang sajak dan sikapnya sebagai penyair.

Sederhananya, Sutardji berpandangan bahwa kata-kata harus bebas dalam menentukan maknanya sendiri. Sebab, pada hakikatnya, kata-kata itu sendiri merupakan makna. Maka, tidak mengherankan jika dalam sajak Sutardji, kita akan menemukan kata-kata yang penulisannya sungsang, terpotong, atau terbalik susunannya. Menurutnya, menulis puisi adalah mengembalikan kata-kata kepada mantra yang merupakan asal-usulnya sehingga memiliki energi yang lebih kuar dari sekadar pengertian.

Beberapa Karya Sutardji Calzoum Bachri:

  • O, kumpulan puisi (Stensilan 1973)
  • Amuk, kumpulan puisi (1973—1976)
  • Kapak, kumpulan puisi (1976—1979)
  • O, Amuk, Kapak, kumpulan puisi (1981)
  • Hujan Menulis Ayam, kumpulan cerpen (2001)
  • Isyarat, kumpulan esai (2007)
  • Atau Ngit Cari Agar, kumpulan puisi (2008)
  • Kecuali, kumpulan puisi (2021)

Demikianlah pembahasan singkat mengenai angkatan sastra periode 1970-an. Sebuah angkatan yang melanjutkan semangat inovasi dan pluralitas, mengangkat tema kearifan budaya lokal, serta berani mengeksplorasi bentuk-bentuk baru dalam sastra.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *