Sekitar dua puluh tahun lalu saya berkuliah di jurusan Sastra Indonesia. Namun, ketika itu saya bahkan tidak mengetahui apa saja komponen dari sebuah bahasa. Dalam proses perkuliahan itulah, saya baru mengetahui berbagai istilah yang merupakan komponen-komponen bahasa. Saya mengenal fonologi, morfologi, dan sebagainya. Maka, tulisan ini akan menyajikan kepada pembaca sekalian apa saja yang termasuk dalam komponen-komponen dalam bahasa. Selamat menikmati.
Komponen-Komponen dalam Bahasa
Fonologi
Pertama, kita akan berkenalan dengan fonologi. Fonologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari bunyi-bunyi dalam bahasa dan. Dalam bidang ini, kita akan mempelajari bagaimana pengaturan dan penggunaan bunyi-bunyi tersebut dalam menyampaikan makna. Fonologi berfokus pada aspek abstrak dari bunyi bahasa, seperti sistem dan pola suara dalam bahasa tertentu.
Daftar Isi
Kini, kita akan mengenal salah satu konsep kunci dalam fonologi, yaitu fonem. Fonem adalah unit bunyi terkecil yang dapat membedakan makna dalam suatu bahasa. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, bunyi /p/ dan /b/ adalah fonem yang berbeda. Alasannya, perbedaan bunyi tersebut dapat mengubah makna kata, seperti dalam kata “paku” dan “baku.” Fonologi mempelajari bagaimana fonem-fonem ini berinteraksi satu sama lain dan berubah dalam konteks yang berbeda. Di samping itu, fonologi juga mencakup studi tentang pola tekanan, intonasi, dan ritme yang mempengaruhi makna dan penggunaan bahasa.
Fonologi juga mencakup analisis tentang proses fonologis, seperti asimilasi, disimilasi, elisi, dan metatesis. Asimilasi terjadi ketika satu bunyi menjadi lebih mirip dengan bunyi lain di sekitarnya, sedangkan disimilasi adalah proses sebaliknya. Berikutnya, elisi adalah penghilangan bunyi dalam suatu kata, sedangkan metatesis adalah perpindahan bunyi dalam kata.
Singkatnya, fonologi berusaha untuk mengidentifikasi dan menjelaskan aturan-aturan ini serta bagaimana mereka berlaku dalam berbagai bahasa. Dengan mempelajari fonologi, kita dapat memahami struktur dasar dari bunyi-bunyi bahasa dan bagaimana menggunakannya untuk menciptakan komunikasi yang bermakna.
Morfologi
Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari struktur dan bentuk kata dalam suatu bahasa. Di sini, kita akan memahami bagaimana pembentukan dan pengubahan kata agar dapat menyampaikan makna yang berbeda. Pembahasan utama dalam morfologi adalah pada morfem, yaitu unit terkecil dari makna dalam bahasa. Contohnya, kata dasar dari “berjalan” adalah “jalan”. Atau, kita dapat pula memperhatikan penggunaan imbuhan “ber-“ kepada kata “jalan” yang ternyata mengubah bentuk, jenis, dan makna kata tersebut
Di samping itu, kita perlu mengetahui bahwa ada dua jenis utama morfem, yatu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata yang bermakna, seperti “buku” atau “makan.” Sebaliknya, morfem terikat tidak dapat berdiri sendiri dan harus bergabung dengan morfem lain untuk membentuk kata yang bermakna. Contohnya, awalan “di-” dalam kata “dimakan” atau akhiran “-kan” dalam “jalankan.”
Singkatnya, dengan mempelajari morfologi, kita dapat memahami bagaimana pembentukan kata dalam suatu bahasa dan bagaimana struktur kata dapat mencerminkan makna dan fungsi gramatikal. Maka, morfologi dapat memudahkan kita untuk memahami dan memproduksi bahasa secara lebih efektif.
Komponen-Komponen dalam Bahasa
Sintaksis
Berikutnya, kita bertemu dengan sintaksis, yaitu cabang ilmu linguistik yang mempelajari struktur kalimat. Pada bidang ini, kita akan mempelajari bagaimana kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, dan kalimat yang bermakna. Intinya, sintaksis berfokus pada pengaturan unsur-unsur kalimat untuk menyampaikan makna yang jelas dan koheren.
Konsep utama dalam sintaksis adalah hierarki struktur kalimat, yang menunjukkan pengelompokan kata-kata ke dalam unit-unit yang lebih besar. Misalnya, dalam kalimat “Anita membaca buku di taman,” kita bisa mengidentifikasi beberapa unit sintaksis seperti subjek (“Anita”), predikat (“membaca”), objek (“buku”), dan keterangan tempat (“di taman”). Namun, di sini kita juga harus mempelajari aturan-aturan yang menentukan urutan dan hubungan antara unit-unit tersebut.
Selain itu, sintaksis juga mencakup analisis berbagai jenis frasa, seperti frasa nominal, frasa verbal, dan sebagainya. Misalnya, frasa nominal dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dalam kalimat, sementara frasa verbal berfungsi sebagai predikat. Di samping itu, sintaksis juga mempelajari fenomena seperti keselarasan subjek-predikat, struktur klausa subordinat, dan transformasi kalimat seperti pasif dan aktif. Ringkasnya, melalui sintaksis, kita dapat memahami bagaimana membangun sebuah kalimat dengan berbagai bagiannya untuk menghasilkan makna.
Semantik
Keempat, Semantik, sebagai cabang ilmu linguistik, akan mengajak kita untuk mempelajari makna dalam bahasa. Fokus utama semantik adalah bagaimana kata-kata, frasa, dan kalimat dalam suatu bahasa menyampaikan makna dan bagaimana makna ini dipahami oleh penutur dan pendengar. Semantik berurusan dengan hubungan antara tanda-tanda linguistik dan apa yang mereka referensikan atau representasikan di dunia nyata.
Maka, tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa konsep kunci dalam semantik adalah referen dan makna leksikal. Referen berkaitan dengan hubungan antara kata atau frasa dan objek atau konsep di dunia nyata yang diwakilinya. Misalnya, kata “anjing” merujuk pada hewan tertentu yang kita kenal sebagai anjing.
Di sisi lain, makna leksikal berkaitan dengan makna kata-kata secara individu, termasuk sinonim (kata-kata yang memiliki makna serupa) dan antonim (kata-kata yang memiliki makna berlawanan). Selain itu, semantik juga mencakup studi tentang makna kalimat dan bagaimana pembentukan makna tersebut. Artinya, semantik akan membantu kita memahami hubungan antara bahasa dan makna, serta bagaimana penutur bahasa menggunakan dan menafsirkan makna dalam berbagai konteks komunikasi.