fonologi dan ruang lingkupnya

Fonologi dan Ruang Lingkupnya – Arti dan Istilah-Istilahnya

Fonologi merupakan salah satu komponen bahasa yang berada dalam cabang ilmu lingustik. Sederhananya, fonologi merupakan gabungan dari kata fon (bunyi) dan logi (ilmu). Dengan demikian, kita dapat mengartikan fonologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang bunyi. Tepatmya, bunyi bahasa. Dalam tulisan ini, kita akan menyelam lebih jauh dalam mengenal fonologi dan ruang lingkupnya. Namun, sebelum itu kita akan terlebih dahulumenyimak bagaimana arti fonologi menurut para ahli bahasa.

Pengertian Fonologi Menurut Para Ahli

Abdul Chaer (1994)

Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa dan fungsinya dalam satuan bahasa yang lebih besar. Dengan kata lain, Abdul Chaer menjelaskan bahwa fonologi tidak hanya fokus pada bunyi itu sendiri, tetapi juga pada peran bunyi tersebut dalam pembentukan kata dan kalimat. Fonologi mempelajari bagaimana bunyi-bunyi tersebut diatur dan diorganisasikan dalam bahasa.

Gorys Keraf (1984)

Fonologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari bunyi bahasa sesuai dengan fungsinya untuk membedakan makna. Keraf menekankan bahwa fonologi berhubungan dengan analisis bunyi dalam bahasa yang berfungsi untuk membedakan satu kata dengan kata lainnya.

Peter Ladefoged (2001)

Fonologi merupakan cabang linguistik yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa dan bagaimana penggunaan bunyi-bunyi tersebut dalam komunikasi. Dalam bukunya A Course in Phonetics, Ladefoged menjelaskan bahwa fonologi melibatkan studi tentang distribusi dan pola bunyi dalam bahasa serta fungsi bunyi dalam konteks bahasa tertentu.

David Crystal (2008)

Fonologi adalah cabang linguistik yang mempelajari aspek mental dan abstrak dari bunyi-bunyi bahasa. Crystal menekankan bahwa fonologi lebih fokus pada pengorganisasian bunyi-bunyi tersebut dalam pikiran penutur. Juga, bagaimana para penutur memproses dan menghasilkan bunyi tersebut dalam komunikasi verbal.

Setelah mengetahui pendapat para ahli bahasa tersebut, kita bisa mengartikan fonologi sebagai bagian dari ilmu yang mempelajari sistem bunyi bahasa. Bahkan, para ahli bahasa itu menekankan pentingnya fonologi dalam memahami bagaimana pengaturan dan pengorganiasaisan bunyi-bunyi bahasa dalam sebuah sistem yang dapat membedakan makna. Berikutnya, untuk memudahkan pembahasan ini, kita akan memetakan fonologi berdasarkan kriteria ruang lingkupnya.

Ruang lingkup Bidang Fonologi

Fonologi Umum dan Khusus

Fonologi umum mempelajari bunyi-bunyi bahasa dari berbagai bahasa. Artinya, fonologi umum merupakan ilmu yang membicarakan masalah bunyi-bunyi bahasa secara umum, tanpa memperhatikan apakah bunyi bahasa yang dibicarakan itu terdapat dalam satu bahasa tertentu atau tidak. Misalnya, bunyi-bunyi bahasa di kawasan Asia Tenggara (rumpun bahasa Austronesia), bahasa-bahasa di daratan Eropa (rumpun bahasa Indo-German), atau bunyi-bunyi bahasa lain yang tidak serumpun untuk diperbandingkan.

Di sisi lain, fonologi khusus mempelajari bunyi-bunyi yang terdapat dalam satu bahasa tertentu. Misalnya, hanya bahasa Batak, Kerinci, Melayu Jambi, Jawa, Tagalok (Filipina) dan sebagainya.

Mengenal Fonetik dan Fonemik

Dalam kajian ilmu fonologi, kita akan menemukan istilah fonetik dan kajian bidang fonemik. Sebagian ahli bahasa mengatakan bahwa fonologi berbeda dengan fonetik. Mengapa demikian? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita akan mencari tahu arti dari fonetik dan fonemik terlebih dahulu.

Fonetik

Fonetik mempelajari bagaimana cara menghasilkan atau melafalkan bunyi-bunyi bahasa.  Selain itu, fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia. Khususnya, organ-organ tertentu yang memiliki hubungan dengan penggunaan dan pengucapan bahasa. Maka, kita dapat mengatakan bahwa fonetik adalah bagian dari fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa oleh alat ucap manusia.

Bagian-bagian dalam fonetik mencakup fonetik akustik, fonetik artikularis, dan fonetik auditoris. Fonetik akustik memiliki kaitan dengan indra pendengaran manusia. Khususnya, bagaimana indra pendengaran itu merespons tuturan bunyi. Dengan kata lain, fonetik akustik mengamati bagaimana kenyaringan, frekuensi, serta tempo dari bunyi tuturan manusia.

Fonetik artikulatoris juga kerap mendapat sebutan sebagai fonetik organis. Sebabnya, bagian ini menguraikan bagaimana alat ucap menghasilkan sebuah bunyi bahasa. Tidak sedikit yang menganggap fonetik artikularis sebagai pendekatan yang paling praktis dan mudah untuk menjalankannya. Selain itu, kedekatan pendekatan fonetik artikularis dengan fisik menjadikan bagian ini pun berhubungan dengan fisiologis.

Fonetik auditoris berusaha memaparkan bunyi bahasa dari sudut pandang penerimanya atau lawan bicara. Artinya, bagian ini menaruh perhatian pada pengaruh bunyi terhadap syaraf indra pendengaran. Banyak yang berpandangan bahwa pendekatan ini sangat bergantung kepada partisipan yang menjadi pendengar sehingga memiliki kesan subjektif.

Di sisi lain, fonetik auditoris mendapat pengaruh dari bidang neurologis. Sayangnya, jarang orang yang memperhatikan atau mengggunakan pendekatan ini karena sulitnya melakukan analisis terhadap pemerolehan bunyi melalui syaraf pendengaran.

Berdasarkan pemaparan di atas, kita dapat mengetahui bahwa fonetik memfokuskan kajiannya pada analisis bunyi-bunyi bahasa dan mengesampingkan hubungannya dengan makna yang dihasilkan.  

Fonemik

Fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi ujaran atau bunyi bahasa berdasarkan fungsinya sebagai pembeda makna. Alasannya, fonemik menyelidiki berbagai kemungkinan dari bunyi bahasa tersebut untuk menemukan sebuah sistem ejaan. Biasanya, fonemik akan melakukan sebuah proses analisis sebagai berikut:

  • Menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang merupkan hasil kajian fonetik;
  • Mencari bunyi-bunyi yang berperan sebagai pembeda makna kata;
  • Menyebut bunyi-bunyi yang berperan sebagai pembeda makna sebagai fonem;
  • Melambangkan fonem primer dengan huruf dan melambangkan fonem sekunder dengan tanda baca.

Berdasarkan keterangan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa meskipun memiliki perbedaan, baik fonetik maupun fonemik juga memiliki hubungan erat dengan fonologi. Lalu, mengenai pendapat yang mengatakan bahwa fonologi berbeda dengan fonetik, kita dapat menganggapnya sebagai fonologi yang memiliki sudut pandang atau pengertian terbatas.

Sebaliknya, dalam fonologi dan ruang lingkupnya, jika kita memahami perbedaan tersebut dalam arti yang lebih luas, baik fonetik maupun fonemik adalah bagian fonologi. Bahkan, para ahli bahasa pada masa kini pun mengatakan hal demikian sebab kita tidak mungkin memahami sistem dan struktur bunyi bahasa tanpa mengaitkannya dengan fonetik.   

Beberapa Istilah dalam Fonologi

Fonem

Fonem adalah satuan terkecil dalam bahasa yang dapat membedakan arti. Contohnya, dalam bahasa Indonesia, bunyi /p/ dan /b/ adalah fonem karena membedakan kata “paku” dan “baku”. Pergantian bunyi /p/ dengan /b/ mengubah makna kata secara signifikan.

Fona

Selain fonem, kita juga akan mengenal fona, yaitu bunyi ujaran yang belum atau tidak membedakan arti. Atau, kita dapat menyebutnya sebagai bunyi bahasa yang bersifat netral. Contohnya, seseorang mungkin mengucapkan nama Tuti dengan atau tanpa bunyi /k/ sebagai akhirannya. Keberadaan bunyi /k/ tersebut tidak mengubah makna dari kata yang disebutkan.

Alofon

Alofon adalah variasi pelafalan fonem berdasarkan posisinya dalam suatu kata. Misalnya, dalam bahasa indonesia, kita akan menemukan perbedaan antara pelafalan fonem /b/ di awal, seperti pada kata benar dan di tengah, seperti pada kata fabel, dengan pelafalan fonem /b/ yang berad pada akhir kata, seperti kata sebab.

Vokal

Vokal adalah fonem yang saat menghasilkannya, udara akan keluar tanpa mengalami hambatan. Jika kita membicarakan tentang vokal, kita harus memahami bahwa fonem atau bunyi vokal berbeda dengan huruf vokal. Sederhananya, huruf adalah lambang untuk bunyi atau fonem. Agar lebih mudah, pada masing-masing kata nenek, demokrasi, dan gerhana, kita dapat menemukan huruf vokal e yang memiliki bunyi atau pelafalan berbeda. Selain itu, banyak orang menyebut huruf vokal (a, I, u, e, dan o) sebagai huruf hidup karena bisa berdiri sendiri dan tetap menghasilkan bunyi.

Konsonan

Konsonan merupakan bunyi yang mengalami hambatan. Cara menghasilkannya adalah menggerakkan udara keluar dengan hambatan. Hambatan tersebut merupakan hasil dari gerakan atau posisi bagian alat ucap yang mengalami perubahan. Kemudian, sebagaimana vokal, kita juga akan mengenal huruf yang melambangkan konsonan, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Jika vokal mendapat sebutan sebagai huruf hidup, kita dapat memberi konsonan sebutan sebagai huruf mati.

Sepertinya, uraian singkat mengenai konsonan tersebut akan menjadi penghujung tulisan fonologi dan ruang lingkupnya ini. Akan tetapi, jika kita membicarakan lebih dalam tentang fonologi, informasi di atas barulah yang berada pada permukaan. Saya hanya bisa berharap dengan terbatasnya informasi tersebut, kita akan sedikit lebih memahami fonologi. Sebab, dengan demikian kita bisa lebih baik dalam memahami bagaimana penggunaan bunyi dalam sistem bahasa dan bagaimana bunyi tersebut berperan dalam komunikasi manusia.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *