Saya tidak bisa mengingat kapan tepatnya pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah menjadikan wacana sebagai bahan dasarnya. Entah sejak pemberlakuan kurikulum 2013, atau sebelum dan setelahnya, saya mulai mendapati beragam nama teks dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia. Namun, ketika saya mencoba bertanya kepada salah satu siswa mengenai pengertian wacana dan jenisnya, siswa tersebut masih merasa bingung.
Di sisi lain, komponen-komponen linguistik lainnya justru seolah menjadi pelengkap saja. Padahal, dalam tataran ilmu linguistik, wacana menduduki tingkat yang paling tinggi berdasarkan keluasan cakupannya. Untuk itu, mari kita sejenak mengintai apa sebenarnya pengertian wacana dan jenisnya dalam bahasa Indonesia.
Daftar Isi
Pengertian Wacana Menurut Para Ahli
Dalam kajian linguistik, wacana memiliki beragam definisi. Tentunya, hal ini bergantung pada pendekatan dan sudut pandang pemberi definisi tersebut. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan pemahaman, kita akan menyimak pengertian wacana menurut para ahli berikut ini.
Mulyana
Dalam bukunya Kajian Wacana: Teori, Metode, dan Aplikasi, Mulyana mendefinisikan wacana sebagai satuan bahasa yang lebih besar dari kalimat, yang digunakan dalam komunikasi untuk menyampaikan informasi secara koheren dan kohesif. Menurutnya, wacana mencakup teks tertulis dan lisan yang memiliki struktur dan konteks tertentu.
Sudaryanto
Menurut Sudaryanto dalam buku Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, wacana adalah rangkaian kalimat yang saling terkait dan membentuk satu kesatuan makna. Ia menekankan pentingnya konteks dalam memahami wacana. Sebab, suatu wacana tidak bisa memisahkan maknanya dari situasi dan kondisi penggunaan wacana itu.
Van Dijk
Dalam karyanya yang berjudul Discourse and Context: A Sociocognitive Approach, ahli linguistik dari Belanda ini menjelaskan wacana sebagai bentuk komunikasi yang terdiri dari teks dan konteks. Beliau mengatakan bahwa wacana tidak hanya terdiri dari kata-kata dan kalimat, tetapi juga melibatkan interaksi antara penutur dan pendengar dalam situasi komunikasi tertentu.
Halliday
Halliday, dalam buku Language as Social Semiotic: The Social Interpretation of Language and Meaning mengutarakan bahwa wacana adalah penggunaan bahasa dalam konteks sosial. Ia menekankan bahwa wacana mencakup aspek-aspek semantis, pragmatis, dan sosial yang membentuk makna dalam komunikasi.
Pengertian dan Jenis Wacana dalam Bahasa Indonesia
Pengertian Wacana dalam Bahasa Indonesia
Dalam KBBI, wacana berarti komunikasi verbal atau percakapan. Namun, apabila kita meninjaunya sebagai bagian dari bidang linguistik, wacana memiliki arti. Pertama, wacana merupakan keseluruhan tutur yang merupakan satu kesatuan. Kedua, wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang direaliasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, atau khotbah.
Ketiga, wacana berarti kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis. Pengertian tersebut menyamakan wacana dengan kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat. Kemudian, wacana juga dapat berarti pertukaran ide secara verbal.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, kita dapat menyebut wacana dalam bahasa Indonesia sebagai satuan bahasa yang lebih besar dari kalimat, yang berguna untuk menyampaikan informasi, ide, atau pikiran secara koheren dan kohesif. Maka, wacana bisa berupa teks tertulis maupun lisan yang memiliki struktur dan konteks tertentu. Dalam bahasa Indonesia, kita kerap menjumpai penggunaan wacana dalam berbagai bentuk komunikasi, seperti pidato, ceramah, diskusi, artikel, esai, dan cerita.
Syarat-Syarat dan Ciri-Ciri Wacana
Melanjutkan pengertian wacana dan jenisnya, di atas kita telah memahami pengertian wacana. Kini, kita pun dapat melihat bahwa sebuah wacana akan mengandung satuan-satuan bahasa yang lingkupnya lebih kecil. Oleh karena itu, tidak berlebihan bahwa wacana memiliki unsur-unsur yang kompleks. Unsur-unsur tersebut menjadi satu dalam susunan yang sistematis dalam rangka menyampaikan makna atau isi tertentu. Dengan demikian, sebuah wacana memiliki syarat atau kondisi yang membedakan dirinya dengan satuan-satuan bahasa lain.
Topik dan Penjelas
Topik merupakan inti pembahasan atau pokok pembicaraan dalam sebuah wacana. Idealnya, satu wacana hanya memiliki topik. Kemudian, penjelas adalah kalimat yang menguraikan atau menjelaskan topik. Dengan demikian sebuah topik dapat melahirkan beberapa penjelas dan setiap penjelas akan menguraikan bagian-bagian topik secara lebih rinci.
Kohesi dan Koherensi
Kohesi merujuk pada keterkaitan antar unsur-unsur dalam wacana. Setiap unsur dalam wacana menunjukkan keterkaitannya melalui penggunaan konjungsi, kata ganti, dan kata rujukan yang menghubungkan kalimat-kalimat dalam wacana. Contohnya, penggunaan kata ini, itu, dan, tetapi untuk menghubungkan kalimat-kalimat dalam teks.
Sementara itu, koherensi adalah kesatuan makna dalam wacana. Sebuah wacana mencapai koherensinya melalui penyampaian gagasan atau ide yang saling berhubungan secara logis. Dengan demikian, wacana yang koheren memiliki alur pemikiran yang jelas sehngga pembaca atau pendengar mudah memahaminya
Kontekstual
Wacana selalu berhubungan dengan konteks pengguna dan penggunaanya. Pengguna berarti penutur, sedangkan penggunaan mencakup keadaan, waktu, dan tempat. Maka, konteks sebuah wacana meliputi situasi, tempat, waktu, dan hubungan antara penutur dan pendengarnya. Konteks tersebut dapat membantu kita dalam memahami makna wacana secara keseluruhan.
Kelengkapan
Sebuah wacana yang baik memiliki informasi yang lengkap. Biaanya, kelengkapan tersebut mencakup penyajian fakta, data, argumen, dan penjelasan yang memadai. Dengan demikian, pembaca atau pendengar akan mendapat gambaran utuh tentang topik pembahasan dalam wacana tersebut.
Struktur
Wacana memiliki struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang saling terkait. Umumnya, bagian-bagian tersebut berupa pendahuluan, isi, dan penutup. Struktur ini membantu dalam penyusunan ide secara sistematis dan logis. Dalam perkembangannya, kita akan menemukan berbagai istilah atau penamaan yang berbeda untuk menyebut bagian-bagian dari struktur tersebut.
Jenis-Jenis Wacana dalam Bahasa Indonesia
Secara umum, berdasarkan bentuknya, kita akan menemukan dua jenis wacana, yaitu wacana tulis dan wacana lisan. Wacana tulis merupakan wacana yang berbentuk teks dengan unit kebahasaan yang lengkap dan sesuai aturan. Biasanya, wacana tertulis memiliki keterangan yang lebih jelas untuk menyampaikan pesan di dalamnya. Hal ini bertujuan untuk menghindari atau setidaknya meminimalisasi kesalahan penafsiran makna oleh pembaca.
Di samping itu, wacana tulis cenderung menggunakan bahasa baku, kecuali dalam genre tertentu yang mengandung unsur fksi atau rekaan. Sebab, dalam genre tersebut, kesalahan berbahasa adalah unsur kesengajaan dari penulisnya untuk memperoleh efek esteika.
Sementara itu, wacana lisan adalah wacana yang mengambil bentuk komunikasi verbal antara pengguna bahasa. Selain menggunakan tuturan, wacana jenis ini biasanya juga menggunakan bahasa tubuh untuk menegaskan penyampaiannya akan hal tertentu. Penyampaian wacana lisan ini membutuhkan imbal balik antara kemampuan penuturan yang baik dan daya simak dari penggunanya agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran.
Kemudian, selain berdasarkan bentuknya, pada akhir tulisan pengertian wacana dan jenisnya ini, kita akan mengintip beberapa jenis wacana lain berdasarkan isi atau kandungannya. Sebalum itu, berkaitan dengan pernyataan di awal tulisan ini, yang menyebutkan bahwa wacana merupakan sebuah konsep yang paling luas cakupannya di antara satuan-satuan bahasa. Dengan demikian, pemahaman kita terhadap satuan bahasa yang lebih kecil cakupannya dapat memengaruhi pemahaman kita akan sebuah wacana.
Jenis Wacana Berdasarkan Isi atau Kandungannya
- Wacana Naratif: menceritakan suatu peristiwa atau kejadian. Biasanya, wacana ini berbentuk cerita, novel, dongeng, atau laporan kejadian. Contoh wacana naratif adalah cerita pendek atau kisah sejarah.
- Wacana Deskriptif: menggambarkan suatu objek, tempat, orang, atau situasi secara rinci.
- Wacana Argumentatif: mengungkapkan argumen atau pendapat dengan tujuan untuk meyakinkan pembaca. Dalam bentuk teks, wacana jenis ini biasanya berupa esai, artikel opini, atau debat.
- Wacana Eksposisi: menjelaskan atau memberikan informasi tentang suatu topik secara objektif. Umumnya, wacana ini berbentuk laporan, makalah, atau artikel ilmiah.
- Wacana Persuasif: wacana yang bertujuan untuk memengaruhi atau mengajak penerima untuk melakukan tindakan tertentu. Umumnya, kita sering menjumpai wacana jenis ini dalam bentuk iklan, pidato, atau kampanye.